Rabu, 21 Desember 2011

MENGENAL DA’I DAN KEPRIBADIANNYA


MENGENAL DA’I DAN KEPRIBADIANNYA
       I.            PENDAHULUAN
Dakwah dalam Islam merupakan tugas yang sangat mulia, yang juga tugas para Nabi dan Rasul, juga merupakan tanggung jawab seorang muslim. Dakwah bukanlah pekerjaan mudah, tidak mudah seperti membalikan telapak tangan, dan juga tidak dapat di lakukan oleh sembarang orang. Seorang da’i harus mempunyai persiapan-persiapan yang matang baik dari segi keilmuan maupun dari segi budi pekerti. Sangat susuah di bayangkan bahwa suatu dakwah akan berhasil, jika seorang da’i tidak mempunyai ilmu pengetahuan yang memadai dan tingkah laku yang buruk baik secara pribadi ataupun sosial.[1]
Juru dakwah atau da’i merupakan poros dari suatu proses dakwah. Eksistensi, strateginya berada pada entitas konseptor, aplikator, motor dan mesin dakwah. Tanpa kemampuan praktis dan teoritis dakwah maka sulit bagi da’i untuk mengaktualisasikan ajaran dakwahnya. Terutama ketika pluralitas fungsi dai berhadapan dengan realitas tantangan dakwah yang kompleks sehingga posisi da’i juga menjadi kompleks. Da’i berada pada posisi multidimensional. Hal ini juga berpengaruh pada konsep da’i .

Secara etimologi, da’i berarti menyampai, pengajar dan peneguh ajaran kedalam diri mad’u. Muhammad Al-Gozali, sebagaimana yang dikutip oleh A. Hasjmy mengatakan bahwa juru dakwah adalah para penasehat, para pemimpin dan para pemberi peringatan yang memberi nasehat dengan baik mengarang dan berkhotbah. Mereka memusatkan kegiatan jiwa raganya dalam wa’ad dan wa’id dengan membicarakan tentang kehidupan akhirat utuk melepaskan orang-orang yang larut dalam tipuan kehidupan dunia. Nex on

    II.            RUMUSAN PERMASALAHAN
A.    Siapakah Da’i Itu?
B.     Apakah Yang Dimaksud Dengan Kepribadian?
C.     Apakah Kepribadian Da’I Itu?
D.    Bagaimanakah Hubungan Kepribadian Da’I Dengan Keberhasilan Dakwah?

 III.            PEMBAHASAN
A.    Siapakah Da’i Itu?
Menurutbahasa kata Da’i berasal dari bahasa Arab Bentuk mudzakar yang berarti orang yang mengajak. Kalau muanats disebut Da’iyah. Jadi yang dimaksud dengan Da’I adalah orang yang mengajak orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui lisan, tulisan maupun perbuatan untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam atau menyebar luaskan ajaran Islam, melakukan upaya perubahan kearah kondisi yang lebih baik menurut Islam.[2]
Da’I adalah salah satu faktor dalam kegiatan dakwah yang menempati posisi yang sangat penting dalam menentukan berhasil atau tudaknya kegiatan dakwah. Seorang Da’i yang dimaksudkan dalam makalah ini adalah da’I yang bersifat umum, artinya bukan saja Da’i yang professional, akan tetapi berlaku juga untuk setiap orang yang hendak menyampaikan, mengajak orang ke jalan Allah. Setiap orang yang menjalankan aktifitas dakwah, hendakanya memiliki kepribadian yang baik sebagai seorang Da’i.[3]

B.     Apakah Yang Dimaksud Dengan Kepribadian?
Kepribadian menurut kebanyakan orang adalah pengaruh yang ditimbulkan seseorang atas diri orang lain, atau sebagai kesan utama yang ditinggalkan seseorang pada orang lain.
Kepribadian adalah sikap dan perilaku seseorang yang terlihat oleh orang lain di luar dirinya. Sikap dan perilaku itu memberi gambaran mengenai sifat-sifat khas, watak, kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki, minat dan perhatian, hobby, kebiasaan dalain-lain sebagai isi kepribadian seseorang.
Kepribadian adalah kualitas secara keseluruhan dari seseorang yang tampak dari cara-cara berbuat, cara-cara berfikir, cara-cara mengeluarkan pendapat, sikap, minat, filsafat hidup dan kepercayaan.[4]
Sementara para Psikolog memandang kepribadian sebagai struktur dan proses-proses kejiwaan tetap yang mengatur pengalaman-pengalaman seseorang dan membentuk tindakan-tindakan dan respons terhadap lingkungannya dengan cara yang berbeda dengan orang lain. Dengan kata lain, kepribadian menurut Psikolog adalah organisasi dinamis dari organ fisik dan  psikis dari diri individu yang membentuk karakter yang unik dalam penyesuaian dengan lingkungannya.
Untuk dapat memahami kepribadian manusia secara teliti dan benar, maka berbagai factor yang membentuk kepribadian harus dikaji, baik factor internal maupun eksternal.[5]

C.    Apakah Kepribadian Da’I Itu?
Sosok Da’I yang memiliki kepribadian sangat tinggi dan tak pernah kering digali adalah Rosulullah SAW. Hal ini Allah isyaratkan dalam firman-Nya surat Al-Ahzab ayat 21,
"Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."
Seorang da’i hendaklah mengambil pelajaran dari Rosulullah SAW dan para sahabat serta para ulama saleh terdahulu yang telah berjuang menegakkan nilai-nilai luhur yang ada dalam ajaran Islam. Menurut sifatnya kepribadian Da’I dibagi menjadi dua bagian,
1.      Kebribadian Yang Bersifat Rohaniah
a)      Beriman dan Bertaqwa Kepada Allah SWT
Kepribadian Da’I yang terpenting adalah iman dan taqwa kepada Allah SWT, sifat ini merupakan dasar utama pada akhlaq Da’i.
b)      Ahli Tobat
Sifat tobat dalam diri Da’I, berarti ia harus mampu untuk lebih menjaga atau takut berbuat maksiat atau dosa dibandingkan orang yang menjadi mad’u-nya.[6]
c)      Ahli Ibadah
Seorang Da’I adalah mereka yang selalu beribadah kepada Allah dalam setiap gerakan, perbuatan ataupun perkataan kapan pun dan dimana pun.
d)     Amanah dan Shidq
Sifat ini adalah sifat utama yang harus dimiliki oleh seorang Da’I sebelum sifat-sifat yang lain, karena itu merupakan sifat yang dimiliki oleh para nabi dan rasul.
e)      Pandai Bersyukur
Orang yang bersyukur adalah orang yang merasakan karunia Allah dalam dirinya, sehingga perbuatan dan ungkapannya merupakan realisasi dari rasa kesyukuran tersebut.
f)       Tulus Ikhlas dan Tidak Meentingkan Pribadi
Niat yang tulus tanpa pamrih duniawi,salah satu syarat yang mutlak yang harus dimiliki seorang Da’i.
g)      Ramah Dan Penuh Pengertian
Dakwah adalah pekerjaan yang bersifat propaganda kepada yang lain. Propaganda dapat diterima,apabila orang yang mempropaganda berlaku ramah, sopan, dan ringan tangan untuk melayani objeknya.
h)      Tawaddhu’ (Rendah Hati)
Rendah hati bukanlah rendah diri, rendah hati dalam hal ini adalah sopan dalam pergaulan, tidak sombong, tidak suka mencela, dan tidak suka menghina orang lain.
i)        Sederhana
Kesederhanaan adalah merupakan pangkal keberhasilan dakwah.
j)        Tidak Memiliki Sifat Egois
Ego adalah suatu watak yang menonjolkan keangkuhan dalam pergaulan, merasa diri paling hebat, terhormat, dan lain-lain.
k)      Sabar Dan Tawakal
Mengajak manusia kepada kebajikan bukan hal yang mudah, oleh karena itu apabila dalam menunaikan tugas dakwah, Da’I mengalami hambatan dan cobaan hendaklah da’I tersebut bersikap sabar dan tawakal kepada Allah SWT.[7]
l)        Memiliki Jiwa Toleran
Toleransi dapat dipahami sebagai sikap pengertian dan dapat mengadaptasi diri secara positif.
m)    Sifat Terbuka (Demokratis)
Seorang Da’I harus memiliki sifat terbuka dalam arti bila ada kritik dan saran hendaklah diterima dengan gembira.
n)      Tidak Memiliki Penyakit Hati
Sombong, dengki, ujub, dan iri harus disingkirkan dari sanubari seorag Da’i.
2.      Kepribadian Yang Bersifat Jasmani
a)      Sehat Jasmani
Dakwah memerlukan akal yang sehat, sedangkan akal yang sehat terdapat pada badan yang sehat pula. Disamping itu, dengan kesehatan jasmani seorang Da’I mampu memikul beban dan tugas dakwah.
b)      Berpakaian Sopan dan Rapi
Pakaian yang sopan, praktis dan pantas mendorong rasa simpati seseorang pada orang lain bahkan pakaian berdampak pada kewibawaan seseorang. Bagi seorang Da’I masalah pakaian harus mendapat perhatian serius, sebab pakaian yang dipakai menunjukkan kepribadiannya.[8]

D.    Bagaimanakah Hubungan Kepribadian Da’I Dengan Keberhasilan Dakwah?
Berhasil atau tidaknya suatu kegiatan dakwah sangat ditentukan oleh kepribadian juru dakwah. Sikap mpenuh keyakinan bhwa dakwah yang disampaikan akan diterima dengan baik oleh pendengar, sikap yakin bahwa apa yang disampaikan adalah perintah Allah SWT, serta sikap optimis dan pantang menyerah adalah cirri-ciri kepribadia seorang juru dakwah.
Jika diteropong dengan Psikologi, kepribadian Da’I sangat berhubungan erat dengan keberhasialan atau kesuksesan kegiatan dakwah. Dalam melaksanakan kegiatan dakwah akan banyak cobaan yang dihadapi oleh juru dakwah. Oleh Karena itu kepribadian seorang Da’I berperan penting dalam keberhasilan proses dakwah.[9]

 IV.            KESIMPULAN
Da’I adalah orang yang mengajak orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui lisan, tulisan maupun perbuatan untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam atau menyebar luaskan ajaran Islam, melakukan upaya perubahan kearah kondisi yang lebih baik menurut Islam.
Kepribadian adalah kualitas secara keseluruhan dari seseorang yang tampak dari cara-cara berbuat, cara-cara berfikir, cara-cara mengeluarkan pendapat, sikap, minat, filsafat hidup dan kepercayaan.
Berhasil atau tidaknya suatu kegiatan dakwah sangat ditentukan oleh kepribadian juru dakwah. Sikap mpenuh keyakinan bhwa dakwah yang disampaikan akan diterima dengan baik oleh pendengar, sikap yakin bahwa apa yang disampaikan adalah perintah Allah SWT, serta sikap optimis dan pantang menyerah adalah cirri-ciri kepribadia seorang juru dakwah.

    V.            PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami paparkan tentang Mengenal Da’i Dan Kepribadiannya. Semoga bermanfa’at. Dan tentunya makalah ini tidak terlepas dari kesalahan, kekurangan, dan kekeliruan. Oleh karena itu penulis memohon kritik dan saran yang membangun guna perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ø  Awaluddin Pimay (hand Out. Pengantar Ilmu Dakwah. 2010).
Ø  Machsin Lalu E & Faizah. 2006.Psikologi Dakwah. Jakarta: Kencana.
Ø  Nashori S Fuad& Djamaluddin Ancok. 1995. Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ø  Syihata Abdullah.1978. Dakwah Islamiyah. Jakarta: Departemen Agama RI.


[1] Faizah&Lalu Machsin Effendi. Psikologi Dakwah. (Jakarta: Kencana, 2006) hal. 88
[2] Awaludin Pimay (dalam Hand Out.Pengantar Ilmu Dakwah) hal. 9
[3] http://rizalalsam.blogspot.com/2010/12/mengenal-dai-dan-kepribadiannya.html
[4] ibid                       
[5] Faizah&Lalu Machsin Effendi. Psikologi Dakwah. (Jakarta: Kencana, 2006) hal. 57
[6] Ibid. hal. 91
[7] Ibid. hal. 95
[8] Ibid. hal. 99
[9] Djamaluddin Ancok & Fuad Nashori S. Psikologi Islami. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar.1995) hal.37

Tidak ada komentar:

Posting Komentar