ANALISIS PROBLEM DALAM MASYARAKAT
Makalah
Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Sosiologi
Dosen Pengampu: Drs. Sugiarso . M.Si
Di Susun Oleh: Muhyidin (101111076)
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
I. Pendahuluan
SITUBONDO-Ratusan nelayan Panarukan, Situbondo, mendatangi Kantor Pelabuhan Indonesia (Pelindo) Pada 24/12/10. Mereka memprotes pengelola pelabuhan Panarukankarena menjual dermaga lama kepada pihak ke-tiga. Sayangnya, upaya para nelayan yang ingin bertemu pimpinan pelindo itu gagal. Saat rombongan nelayan itu datang, tak ada satupun karyawan yang terlihat. Karena kecewa, ada nelayan yang membanting beberapa kursi di kantor tersebut. “ Dermaga masih dipakai nelayan kenapa akan di bongkar..?” teriak Sutrisno, salah seorang nelayan Panarukan. Gagal menemui piompinan Pelindo, para nelayan bergerak menuju dermaga lama. Di dermaga itu, beberapa pegawai suruhan Pelindo, yang tengah memereteli besi dermaga dengan mesin las, langsung diusir oleh para nelayan. “ kalau tidak berhenti, peralatan las kan kami bakar”,ancam para nelayan yang marah. Aksi protes nelayan pada pukul 07.00 itu berlangsung spontan. Awalnya, beberapa orang mulai mencopoti besi tua yang menjadi penyangga dermaga. Tidak terima, para nelayan langsung berkumpul di pelabuhan dan bergerak ke kantor pelindo. “ Dermaga ini bersejarah, enaknya mau di jual,” ujar Tin Sahe,btokoh nelayan Panarukan. Menurut Sahe, dermaga itu peninggalan belanda. Seklama masa penjajahan, dermaga tersebut dipakai Belanda mengangkut kopi dan gulauntuk dibawa ke negaranya. “Masak, tempat bersejarah akan di hancurkan,” protesnya. Meski sudah tidak berfungsi untuk bongkar muat, dermaga itu masih di pakai oleh para nelayan. Bila air laut sedang surut, para nelayan naik ke kapal melalui dermaga tersebut. Tokoh masyarakat Panarukan lainnya, Supriyono, menuding sikap pelindo-yang diduga telah menjual dermaga ke pihak ketiga-arogan. Dermaga yang masih dimanfaatkan para nelayan itu memiliki nilai sejarah yang tinggi. “Bila Pelindo masih nekad membongkar dermaga, para nelayan akan melawan,” ancamnya. Pria yang juga pengacara itu mempertanyakan kewenangan Pelindo yang diduga telah menjual dermaga tersebut. “dermaga ini aset sejarah Situbondo, kok se-enaknya mau dirusak,” kecamnya. Dermaga di pelabuhan Panarukan dengan panjang 150 meter itu, sebenarnya sudah tidak utuh. Lebar dermaga yang awalnya mencapai sekitar 8 meter, kini telah berkurang banyak.[1]
II. Rumusan Masalah
A. Kenapa para nelayan melakukan aksi protes kepada Pelindo?
B. Apakah aksi protes para nelayan itu termasuk dalam Gerakan Sosial?
III. Pembahasan
A. Kenapa para nelayan melakukan aksi protes kepada Pelindo?
Para nelayan melakukan aksi protes karena menolak atas apa yang dilakukan oleh Pelindo. Dan mereka tidak puas dengan pengelolaan pelindo yang tidak memperdulikan para nelayan. Dan para nelayan juga menyayangkan tindakan Pelindo yang akan menjual dermaga, padahal para nelayan masih memanfaatkannya. Acara ritual petik laut juga dilakukan oleh para nelayan setiap tahunnya. Padahal dermaga itu aset bersejarah kenapa harus di jual?
B. Apakah aksi protes para nelayan itu termasuk dalam Gerakan Sosial?
“Ya”, tindakan para nelayan itu termasuk gerakan sosial. Karena gerakan sosial merupakan salah satu bentuk utama dari perilaku kolektif. Secara formal gerakan sosial didefinisikan sebagai suatu kolektivitas yang melakukan kegiatan dengan kadar kesinambungan tertentu untuk menunjang atau menolak perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau kelompok yang mencakup kolektivitas itu sendiri (Turner dan killian, 1972, hal. 246). Gerakan ini lahir sebagai suatu kelompok yang tidak puas terhadap keadaan. Kelompok itu semula tidak terorganisasi dan terarah. Orang-orang saling membagi duka dan mengeluh, setelah mengalami tahap aktif mereka menuntut adanya suatu perubahan.[2] Dan berdasarkan teori gerakan sosial, yang pertama Teori Ketidakpuasan (Discontent Theory). Teori ini berpandangan bahwa akar dari gerakan terletak pada perasaan ketidakpuasan. Terdapat banyak ragam ketidakpuasan. Seperti, luapan kemarahan orang-oran yang merasa dikorbankan oleh ketidakadilan sampai kejengkelan dari orang-orang yang tidak menyukai perubahan sosial tertentu.[3] Kedua Teori Mobilisasi Sumber Daya (Resource Mobilization Theory) teori ini menekankan teknik sebagai faktor utama penentu berhasi atau tidaknya gerakan sosial (Oberschall,1973; Wilson,1973; Gamson,1975; McCarthy dan Zald,1977; zald dan McCarthy,1979; walsh,1981). Mereka berpendapat bahwa tanpa adanya keluhan dan ketidakpuasan tidak akan banyak terjadi gerakan sosial. Namun demikian, diperlukan adanya mobilisasi untuk mengarahkan ketidakpuasan itu agar dapat menjadi gerakan massa yang efektif.[4] Seperti yang terjadi pada kelompok nelayan Panarukan, asal mulanya mereka tidak puas atas tindakan Pelindo yang telah menjual dernaga kepada pihak ke-tiga, kemudian para nelayan saling mengeluh satu sama lainnya. Tanpa disadari mereka menyusun taktik yang berupa demo mendatangi kantor Pelindo dan mengusir pegawai suruhan Pelindo. Dan terjadilah “Gerakan Sosial nelayan Panarukan”
IV. Kesimpulan
Gerakan sosial yang ada pada kelompak nelayan Panarukan disebabkan karena ketidakpuasan mereka atas tindakan Pelindo menjual dermaga kepada pihak ke-tiga.
V. Penutup
Demikianlah makalah ini saya buat, semoga bermanfaat bagi kita semua. Penulis menyadari dalam mamalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca, agar dapat lebih bbaik lagi dalam penulisan makalah selanjutnya.
Daftar Pustaka
• Jawa Pos edisi: Sabtu, 25 Desember 2010
• B.Horton paul dkk, Sociology, sixth edition, Jakarta: Penerbit Erlangga,1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar